Oleh : Rista Simbolon | Diterbitkan 29 Okt 2024, 19:00 WIB | Short link: https://sumutkota.com/liputan6/health/read/5764844/lesi-penyakit-hfmd-atau-flu-singapura-mirip-cacar-air-bagaimana-membedakannya.html
Bagikan Ke :
Facebook Twitter
Liputan6.com, Jakarta - Secara umum, gejala penyakit HFMD (Hand Foot and Mouth Disease) seringkali mirip gejala penyakit lain seperti misalnya sariawan, cacar air (varicella), herpetic gingivostomatitis, scabies, measle, dan rubella. Gejala khas berupa lesi yang muncul pada telapak tangan dan kaki terkadang menyerupai bintil akibat cacar air. Meski demikian,
Secara umum, gejala khas penyakit HFMD (Hand Foot Mouth Disease) yang ditandai dengan demam dan munculnya lesi (bintil-bintil berisi cairan) kerap menyerupai gejala cacar air (varicella). Meski demikian, Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Dr Edi Hartoyo mengatakan, ada perbedaan yang dapat dicermati.
"Kalau cacar air, vesikelnya khas, (tampak) mengkilat, kalau HFMD tidak. Kemudian kalau cacar air, mulainya dari dalam ke luar, misalnya dari tubuh ke luar ke ekstrimitas," jelasnya.
Selain itu, pada gejala cacar air, durasi kemunculan lesi mulai dari eritem (warna kemerahan) sampai menjadi vesikel berkisar antara 8-12 jam. Durasi tersebut, kata Edi, lebih cepat dibandingkan kemunculan lesi pada HFMD.
Tanda lain yang membedakan lesi cacar air dengan HFMD adalah lokasi kemunculannya.
"Cacar air jarang mengenai mukosa mulut, walaupun bisa namun jarang. Cacar air juga jarang menyebabkan lesinya di telapak tangan dan telapak kaki, walaupun bisa," jelas Edi.
Gejala HFMD juga seringkali serupa tanda penyakit lain yakni herpetic gingivostomatitis, scabies, measle, dan rubella.
Penularan HFMD atau Flu Singapura
HFMD disebabkan oleh virus RNA Coxsackievirus (CA16) dan Enterovirus 71 (EV71). Adapun gejala klinis penyakit ini meliputi:
Demam
Anoreksia
Malaise
Nyeri Tenggorokan
Penyakit yang oleh sebagian masyarakat dikenal dengan sebutan Flu Singapura atau Virus Singapura ini dapat menular melalui kontak langsung dan tidak langsung dengan pasien. Menurut Edi, penularan ini serupa dengan virus COVID-19.
"Penularannya secara droplet--hampir sama dengan COVID, kemudian fekal-oral, air liur, feses, cairan vesikel atau sekret yang kontak," Edi menjelaskan penularan langsung FHMD.
"Penularan kontak tidak langsung juga bisa, jadi barang yang dipakai pasien seperti handuk, baju, peralatan, makan, mainan. Jadi ada kontak langsung dan tidak langsung. Jadi persis sama seperti COVID," lanjutnya.
Gejala HFMD bisa bersifat ringan maupun berat. Pada kasus berat, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan kardiopulmonari dan komplikasi otak seperti meningitis dan ensefalitis.