Ragam Disabilitas Penari Indonesia
Penelitian itu juga mengungkap bahwa 137 penari termasuk dalam kelompok usia antara 6 hingga 44 tahun dengan rata-rata usia 19 tahun.
Semua peserta mengidentifikasi diri mereka sebagai penyandang disabilitas dengan rincian sebagai berikut:
-
Neurodivergent: 3,6 persen
Visual impairment: 4,4 persen
Learning disabled 6,6 persen
Hearing impaired: 35,0 persen
Down syndrome: 38,0 persen
Disabilitas fisik: 12,4 persen.
“Lebih dari 75 persen (111) penari mengatakan mereka menari sebagai hobi dan sebagai bagian dari kegiatan budaya, pendidikan atau organisasi.”
“Kurang dari 25 persen (26) penari mengatakan mereka dibayar sebagai penari profesional,” jelas Putri.
Advertisement
Tantangan Penari Disabilitas Indonesia
Dari penelitian itu, ditemukan berbagai tantangan yang dihadapi oleh para penari disabilitas, yakni:
-
Masyarakat di Indonesia masih memandang disabilitas sebagai orang yang tidak mampu dan seperti orang luar.
Para penari disabilitas merasa sendiri dalam berkarya tanpa teman atau dukungan untuk mereka.
Penari merasa terisolasi dan ditolak oleh masyarakat umum dan panggung tari.
Penari merasa tidak diterima di sekolah tari, komunitas tari, dan bahkan di acara teman dan keluarga mereka sendiri.
Tidak ada kesempatan untuk belajar dengan seniman atau penampil lain.
Saat ini tidak ada jaringan, acara, badan atau kelompok di Indonesia yang mempertemukan penari baik secara individu maupun organisasi secara bersama-sama.
Apa Saja Tindakan yang Bisa Mendukung Penari Disabilitas?
Putri pun memaparkan beberapa tindakan yang bisa mendukung para penari disabilitas, yakni:
-
Pembentukan kelompok formal untuk mengawasi jaringan formal yang terus menghubungkan, menginspirasi, dan mengembangkan keterampilan penari disabilitas Indonesia.
Jaringan ini harus mengadakan pertemuan/acara/festival rutin dan berbagi peluang untuk menginspirasi kolaborasi berkelanjutan.
Jaringan dapat menggunakan teknologi yang dikombinasikan dengan acara tatap muka untuk menjangkau semua orang dan menjaga hubungan dan konektivitas.
Jaringan tidak hanya berfokus pada tari tetapi juga pengembangan keterampilan lain yang terkait dengan sektor kreatif, pemasaran, desain, akuntansi, untuk mengembangkan keterampilan penari yang lebih luas dan posisi ekonomi mereka.
Pendanaan untuk mengembangkan jaringan ini perlu dimulai. Mengeksplorasi ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan jaringan untuk mendukung pekerjaan dan biaya jaringan yang sedang berlangsung (misalnya model An Epic Arts Cafe' Kamboja).
Terus membangun basis data dan jaringan individu dan organisasi di Indonesia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Penari Disabilitas Indonesia Masih Hadapi Berbagai Tantangan dalam Berkarya Berita Viral Hari Ini Senin 30 September 2024 Berikut ini..