Jakarta, MPOL - Bagaimana tetap mempertahanan ekosistem Pariwisata berkelanjutan, demikian anggota Komisi X
DPR RI Ledia Hanifah Amaliah mengatakan dalam forum Legislasi "Menilik Urgensi RUU Kepariwisataan" bersama pengamat Pariwisata Azril Azahari dan praktisi media Mokhamad Munif, Selasa (2/7) di
DPR RI Jakarta.
Baca Juga:
Menurut Ledia Hanifah Amalia kita semua sudah tahu bahwa dengan kondisi global yang seperti sekarang tentu yang diharapkan adalah pariwisata yang berkelanjutan sustainable tourism, pariwisata yang berkelanjutan, bermakna bahwa kita tidak ingin sekedar mendorong orang-orang berbondong-bondong untuk hadir ke satu tempat mengunjungi wisata, mendatangkan keuangan bagi wilayah setempat maupun negara tujuan atau daerah tujuan setelah itu pulang selesai .enggak peduli apakah daerah tujuan itu rusak atau tidak sekali datang atau berterusan kehadiran jadi satu itu.
Sudut pandangnya yang ingin diubah bahwa bukan sekedar menambah jumlah kunjungan, tetapi juga bagaimana tetap mempertahankan ekosistem, tetap mempertahankan lingkungan dan lain sebagainya. Yang kedua kita tidak bisa menutup mata dari digitalisasi, semua hal yang berkaitan dengan bisnis, karena pariwisata itu tidak bisa dilepas dari bisnis bagaimanapun juga Kita harus melihat sekarang ini banyak sekali perubahan-perubahan. perubahan mindset dan juga perubahan perilaku yang terkait dengan perilaku para wisatawan itu sendiri maupun perilaku bidang usaha pariwisata itu sendiri contoh udah pada beli tiket lewat travel kan sekarang semua sudah tinggal pakai jempol sepanjang di rekeningnya ada uangnya sudah langsung bisa mau berangkat ke mana saja bahkan sudah bisa memilih mau yang seperti apa.
Artinya tanpa kita apa namanya tidak tanpa kita harus konsultasi bolak-balik sama orang travelnya kecuali kalau mau pergi dalam jumlah besar rombongan dan lain sebagainya pesan tempat juga tidak mesti di hotel-hotel saat ini bersaing dengan berbagai aplikasi seperti sebut saja ya ribuan atau juga ada apa reddoors segala macam ya itu kan sudah mulai. Jadi travel sudah digantikan dengan aplikasi terus kemudian juga hotel sudah mulai tergantikan apalagi pemandu wisata karena saat ini kita juga punya apa namanya bukan kita sih selain di dunia ini sudah ada apa tour yang virtual, virtual tour dan bahkan dengan adanya peta dengan adanya internet orang tinggal klik saja sudah tahu kalau kita cuma punya waktu 2 jam atau 3 jam di satu tempat apa yang sebaiknya kita lakukan itu sudah ada konselornya dari HP kita.
Jadi karenanya ada banyak hal juga yang perlu kita sepakati dan kita berharap bahwa kunjungan itu kunjungan yang datang ke Indonesianya bukan cuma sekali datang tetapi banyak, banyak kali kunjungannya berulang dan akhirnya bisa memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia.
Kita tahu bahwa pemerintah sempat meletakkan satu treatment bahwa pariwisata itu akan menjadi tulang punggung ekonomi sesudah minerba gitu ya Nah tetapi ketika kita lihat ini bagian dari yang akan didorongkan semestinya mendapatkan perhatian yang lebih besar saat ini. kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif itu masuk pada cluster ketiga sementara kalau cluster ketiga kan cuma bisa bikin kebijakan pariwisata adalah hal yang sifatnya teknis jadi agak enggak nyambung. maka kemudian kita perlu berpikir apakah kita perlu menjadikannya sebagai, perlu ada badan terlepas nanti kementeriannya mungkin pindah-pindah tapi ada badan yang tetap di bawah presiden yang harus kemudian bergerak atau bentuknya bentuk lain nah kemudian kita juga berharap supaya apa ketika kita bicara tentang pariwisata ini ada perlindungan terhadap pemandu wisatanya karena kalau kita tidak memberikan apa namanya perlindungan kepada pemandu wisata bisa habis nah di beberapa negara tertentu kalau melihat ada orang asing berkumpul pasti akan ada orang yang datang mendatangi menanyakan mereka sudah punya pemandu belum pemandunya siapa apakah bersertifikasi setempat atau enggak jadi kan ada perlindungan, tutur Ledia Hanifah Amaliah.
Sedangkan Azril Azahar, mengatakan saya dalam bidang sinematografi pernah membuat film 10 buah kurang 15 buah terakhir adalah lelaki dari timur sama-sama dari satu grup kami tapi hanya di bidang cinematografinya lebih banyak tapi akhirnya saya beralih saya bidang, lebih kepada gizi saya di nutrition karena saya juga medis juga gizi makanya saya diminta oleh menteri Sandiaga untuk membantu beliau sebagai penasehatnya khusus dalam bidang F & C Food and Coverage pangan dan desa wisata.
Jadi kalau pernah dengar membangun desa wisata itu saya yang ke seluruh Indonesia dan saya juga mengembangkan beberapa ilmu kuliner menjadi gastronomi, yaitu dengan saya juga yang mengembangkan ilmu pariwisata. Jadi tepatnya 13 Februari 2008 nah Saya memakai ilmu pariwisata pada saat itu muncullah S1 ,S2 ,S3 pariwisata. di Indonesia sudah berkembang sekarang pariwisata Indonesia sampai ke S3 baik ada akademisi maupun di lokasinya.
Nah jadi saya menemukan ilmu pariwisata dan bergerak dalam mengembangkan pariwisatanya sudah lama sekali, tetapi sebenarnya tadi saya sependapat dengan ibu kita ini yang terhormat masalahnya itu ada di undang-undang cipta kerja kita.
Jadi banyak hal yang harus kita sinkronisasi ke sana tapi memang demikian. Nah jadi demikian nanti kita bicara seperti ini tapi sekarang bicara pariwisata saya mengembangkan ilmu gastronomi, ilmu dan jelas ilmu dan seni pariwisata jadi ilmu dan seni good cooking and good eating jadi mulai, tutur Azril Azahar.***
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Kata Kunci: